Mengubah Garam Jadi Listrik

23:03








Tofte - Secangkir teh di tangan putri mahkota Norwegia, Mette-Marit, itu begitu istimewa. Teh itu adalah minuman pertama yang diseduh dengan tenaga osmosis, hasil pembangkit listrik tenaga osmosis pertama di dunia yang diresmikan di Tofte, Norwegia, 24 November lalu.


Pembangkit baru tersebut memanfaatkan energi dari pertemuan air tawar dan air laut untuk menghasilkan listrik bersih. "Garam saja mungkin tak dapat menyelamatkan dunia, kami yakin tenaga osmosis ini akan menjadi bagian penting sumber energi terbarukan global di masa depan," kata Bard Mikkelsen, pemimpin Statkraft, kelompok perusahaan energi milik pemerintah Norwegia.

Perusahaan energi alternatif, mulai energi surya, angin, hingga air, membangun prototipe pembangkit listrik tenaga osmosis itu di Hurum, tepi Teluk Oslo, 60 kilometer selatan ibu kota Norwegia. "Ketika air tawar dari sungai mengalir ke laut dan bercampur dengan air asin, ada energi yang dilepaskan," ujarnya, "Statkraft telah mengembangkan teknologi dan sistem untuk menangkap energi itu."

Pemanfaatan energi osmosis ini dilandaskan pada fenomena alam osmosis, yang memungkinkan pohon mengisap air dari daun. Prinsip itu kemudian diterapkan pada pembangkit listrik baru ini dengan menyalurkan air tawar dan air laut yang memiliki kandungan garam tinggi ke bilik yang dipisahkan oleh sebuah membran buatan. Membran tipis itu dapat dilewati air, tapi tak dapat ditembus garam.

Gambar diperkecil 15% (600x401). Klik tulisan ini ukuran aslinya (700x467). Klik gambar, buka windows baru



Molekul garam dalam air laut menarik air tawar menembus membran, menyebabkan tekanan pada bilik air laut meningkat. Hal itu terjadi karena air mengalir dari konsentrasi tinggi ke konsentrasi yang lebih tinggi. Tekanan setara dengan tangki air setinggi 120 meter atau sama dengan sebuah air terjun itulah yang digunakan untuk menggerakkan turbin dan menghasilkan listrik.

Menteri Perminyakan dan Energi Norwegia Terje Riis-Johansen amat bangga atas peresmian pembangkit listrik tenaga osmosis pertama di dunia itu. "Kami berada di barisan terdepan, dan kami telah membuka sesuatu yang belum pernah dibuka sebelumnya," ujarnya.

Riis-Johansen pantas berbangga hati atas peresmian pembangkit listrik tenaga osmosis ini. Meski listrik yang dihasilkan prototipe itu baru sebatas untuk menyeduh teh dan kopi, listrik yang diproduksinya ramah lingkungan dan bersih. Berbeda dengan energi alternatif lain, semisal angin dan tenaga surya, tenaga osmosis juga lebih unggul. Sumber energi baru ini menghasilkan listrik yang stabil tanpa terpengaruh kondisi cuaca. "Ini adalah bentuk energi terbarukan yang menghasilkan energi stabil yang dapat diandalkan," kata Stein Erik Skilhagen, penanggung jawab proyek tersebut di Statkraft.

Pembangkit listrik ini juga bisa dibangun di bawah tanah, misalnya di bawah gedung pabrik atau taman. Kelebihan lain pembangkit energi osmosis ini juga tidak menyebabkan polusi ke atmosfer atau air, dan tidak mempengaruhi flora dan fauna di sungai maupun di dasar laut.

Sebelum Statkraft memanfaatkan tenaga osmosis untuk menghasilkan listrik, fenomena itu hanya digunakan oleh industri untuk mendesalinasi atau menyuling air laut menjadi air tawar. Kini hampir semua negara yang berbatasan dengan laut dapat memanfaatkan energi osmosis ini, karena yang diperlukan hanyalah pertemuan air tawar dan air laut. Asalkan ada sungai yang mengalir ke laut, pembangkit energi osmosis bisa didirikan.

Potensi energi osmosis di seluruh dunia diperkirakan mencapai 1.700 terawatt hour (TWh) per tahun, setara dengan separuh produksi energi Uni Eropa atau sama dengan konsumsi listrik Cina pada 2002.

Masalahnya sekarang adalah membran yang lebih efisien energi. Gagasan untuk menciptakan listrik dari energi osmosis sebenarnya telah muncul pada 1970-an. Namun, membran pada masa itu sangat rendah kemampuannya dan biaya listrik masih murah sehingga tak ada yang mau berinvestasi untuk membuat membran.

Prototipe ini pun dibangun pemerintah Norwegia untuk menguji teknologi osmosis sekaligus mengembangkan membran yang mampu menarik cukup banyak air agar dapat menciptakan tekanan yang efektif sebagai penggerak turbin. Pada saat ini, prototipe pembangkit tersebut hanya dapat memproduksi 2.000-4.000 watt jam per hari atau cukup untuk menyalakan satu kompor saja.

Untuk memperbaiki teknologi membran tersebut, Statkraft bekerja sama dengan lembaga riset dan industri di Norwegia, Jerman, dan Belanda. Pada saat ini, membran yang paling efisien hanya mampu menghasilkan 3 watt per meter persegi sehingga belum memenuhi standar komersial, yakni 5 watt per meter persegi.

Statkraft berharap dapat mulai membangun pembangkit listrik tenaga osmosis komersial pertamanya pada 2015. Rencananya, pembangkit listrik itu memiliki kapasitas hingga 25 megawatt, cukup untuk memenuhi kebutuhan listrik 10 ribu rumah.




You Might Also Like

0 comments

Our Company